Jurnalis dan Akademisi ASEAN Kunjungi Zhejiang, Rasakan Langsung Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Lewat AI
Foto: Xinhua
NYALANUSANTARA, Jakarta-- Robot besutan Unitree Technology menarikan street dance sambil mengikuti irama musik, robot anjing ciptaan Yunshenchu melakukan gerakan salto belakang dengan sempurna, sementara robot milik Pusat Inovasi Robot Berbentuk Manusia Zhejiang (Zhejiang Human-shaped Robot Innovation Center) menjelma menjadi seorang dirigen.
Di lokasi Pameran Perdagangan Digital Global (Global Digital Trade Expo) keempat, Olivia Ferari Nurul Fazri, jurnalis Rajawali TV asal Indonesia, merekam dengan ponselnya sambil melontarkan kata-kata dengan penuh kagum: "Kecerdasan buatan dan robot di China sangat beragam. Saya belum pernah menyaksikan robot di negara lain dapat melakukan hal seperti ini. Luar biasa!"
Para akademisi wadah pemikir (think tank) serta jurnalis media dari Malaysia, Indonesia, Laos, Vietnam, dan Myanmar melakukan kunjungan bertajuk "Layanan Digital untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat" di Hangzhou, ibu kota Provinsi Zhejiang, China timur, pada 23-29 September. Mereka mengunjungi Hangzhou, Jinhua, Huzhou, dan mengamati secara langsung bagaimana teknologi digital dimanfaatkan untuk meningkatkan layanan publik.
"Ni hao, berapa harga hair dryer ini?" "Harga grosirnya 48 yuan." Di Yiwu International Trade City, Olivia melalui bantuan perangkat penerjemahan berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dapat berbicara secara lancar dalam bahasa Indonesia dengan pemilik toko asal China, Li Jun, dan berbelanja tanpa kendala. Dengan nada antusias, Olivia berkata: "Perangkat penerjemahan (berbasis) AI ini sangat menarik, orang dari berbagai negara dapat berbelanja di sini menggunakan bahasa ibu masing-masing."
Selain perangkat penerjemahan multibahasa berbasis AI tersebut, di Yiwu International Trade City, terdapat juga kacamata AI untuk mengabadikan foto dan video, earphone AI dengan fungsi penerjemahan dalam waktu nyata, serta jam tangan AI yang dapat menjawab pertanyaan secara langsung. Li Jun mengatakan teknologi kecerdasan buatan telah terintegrasi ke bagian penjualannya sehari-hari, bukan hanya untuk berkomunikasi dengan pembeli asing, namun juga strategi penjualan yang lebih efektif.
Pada 2024, Yiwu International Trade City meluncurkan model bahasa besar khusus perdagangan barang dan versi terbaru platform layanan inovasi Chinagoods AI. Platform ini membantu pedagang menarik pelanggan, memberikan penawaran, dan menerima pesanan lewat perangkat digital. Contohnya, pedagang dapat mengunggah video berbahasa Mandarin, kemudian secara otomatis diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa.
Saat ini, Yiwu International Trade City memiliki 75.000 lebih toko dengan lebih dari 2,1 juta jenis barang. Suasana yang dipenuhi dengan para pembeli menjadi bukti nyata keterbukaan dan berbagi peluang di pusat perdagangan itu. "Supermarket besar Myanmar, City Mart, juga mengambil barang dari Yiwu," ujar Thet Wai San, chief operation officer Asian Fame Media Myanmar.
Disampaikan San, Yiwu tidak hanya memberikan peluang yang sama bagi para pedagang China untuk berpartisipasi dalam perdagangan global, tetapi juga menciptakan peluang bagi pelaku usaha dari seluruh dunia.
Pada akhir September, di kota kuno Nanxun di Huzhou, suasana musim gugur kian terasa. Di sebuah toko kaligrafi, Gui Xiaofeng, seniman yang kehilangan kedua lengannya akibat kecelakaan, sedang melukis menggunakan kakinya. Di atas kertas Xuan, jembatan kayu khas desa air itu perlahan terlihat jelas. Gui menuturkan berkat dukungan Federasi Penyandang Disabilitas Zhejiang, dirinya dapat mempelajari seni, membuka studio sendiri, serta memberikan pelatihan gratis kepada lebih dari 100 anak dari keluarga miskin atau penyandang disabilitas.
Pemandangan itu menarik perhatian Roy Anthony Rogers, direktur Departemen Studi Strategis dan Internasional Universiti Malaya. "Para penyandang disabilitas ini tidak ditinggalkan oleh masyarakat, tetapi diberikan peran yang tepat sehingga dapat menunjukkan kemampuannya dan hidup mandiri," ujarnya.
"Saya melihat inklusivitas di China, setiap orang memperoleh kesempatan kerja, hal itu bagian penting dari hak asasi manusia," sambungnya.
Roy pertama kali mengunjungi China pada 1995. Tiga puluh tahun berlalu, dia melihat negara yang jauh lebih modern dengan perumahan baru, taraf hidup yang lebih tinggi, dan lingkungan kerja yang lebih nyaman. Hal yang paling mengesankan baginya adalah berbagai robot inspeksi yang membebaskan para pekerja dari pekerjaan berisiko tinggi, menjadikan keselamatan kerja hal yang benar-benar nyata.
"Kami menyaksikan langsung proses digitalisasi di China, tidak hanya dalam perkembangan robot dan AI, tetapi juga dalam pembangunan sistem medis, layanan perdagangan, dan pelestarian budaya," urai Roy.
Disampaikan Roy, pencapaian China dalam kecerdasan buatan akan memberikan manfaat bagi negara-negara ASEAN dan dunia.
Di Desa Yucun, wilayah Anji, Kota Huzhou, hutan bambu yang hijau menyelimuti pegunungan berkabut. Rombongan itu mengunjungi "Yucun Impression", bekas pabrik yang dibangun menjadi perpustakaan. Bangunan ini merupakan gedung nol karbon pertama di desa itu yang mengantongi sertifikasi platinum ganda domestik dan internasional. Gedung ini menggunakan sistem pembangkit listrik tenaga surya untuk mencapai "kompensasi karbon" (carbon offset) dan emisi nol sepanjang siklus pengoperasiannya.
Melalui film dokumenter, para partisipan menyaksikan Desa Yucun sebelumnya merupakan desa industri tambang. Eksploitasi berlebihan membuat lereng menjadi gundul dan cerobong pabrik semen terus mengeluarkan asap. Setelah pemulihan selama 20 tahun, lereng itu kini dipenuhi oleh tanaman hijau, lokasi tambang yang terbengkalai diubah menjadi danau biru dan kawasan berkemah, sementara homestay, kafe, dan wisata berkelanjutan dikembangkan menjadi penggerak ekonomi baru.
"Lewat kerja sama pemerintah daerah dan warga, Yucun tidak hanya memulihkan lingkungan, tetapi juga mengembangkan industri pariwisata ramah lingkungan. Ini sangat menggembirakan," tutur Thet Wai San.
Selama dua dekade, Yucun berhasil melakukan transformasi dari "menambang gunung" menjadi "memelihara gunung demi kemakmuran", dan dicantumkan ke dalam daftar Desa Wisata Terbaik di Dunia. Pada 2024, Yucun menerima 1,22 juta wisatawan, dan meraup pendapatan kolektif desa senilai 22,05 juta yuan (1 yuan = Rp2.343), serta pendapatan per kapita warganya mencapai 74.000 yuan.
Dari "menjual batu" menjadi "menyuguhkan pemandangan", Yucun menunjukkan bagaimana ekologi yang terpelihara dengan baik dapat membawa manfaat ekonomi, menyatukan hak lingkungan dan hak pembangunan warga. "Yucun dapat memelihara lingkungan alam sekaligus mengembangkan pariwisata demi kesejahteraan masyarakat. Model pembangunan ini sangat layak untuk ditiru," ujar Olivia.
Editor: Redaksi
Sumber: Xinhua
Terkait
NYALANUSANTRA, BEIJING- Produsen robot humanoid China UBTech pada Kamis (17/7) memperkenalkan…
NYALANUSANTARA, JAKARTA- Dominasi smartphone China di pasar Indonesia terus menguat.…
Terkini
NYALANUSANTARA, Gunungkidul- Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, menggelar…
NYALANUSANTARA, Kediri- Persik Kediri kemungkinan besar akan kehilangan…
NYALANUSANTARA, Semarang- Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin…
NYALANUSANTARA, Purworejo- Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun…
Miliki Ribuan Perpustakaan Desa, Bunda Literasi Jateng Siapkan “Relima” untuk Perkuat Budaya Membaca
NYALANUSANTARA, Semarang- Provinsi Jawa Tengah (Jateng) saat ini…
NYALANSANTARA, Mungkid- Produktivitas ekspor salak Nglumut yang dikelola…
NYALANUSANTARA, Pemalang– Sebanyak 1.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM)…
Film Malam 3 Yasinan produksi Helroad Films dan…
If I Had Legs I’d Kick You adalah…
NYALANUSANTARA, Temanggung– Sejumlah guru Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT)…
NYALANUSANTARA, Banjarnegara— Bencana tanah longsor yang menimpa Dusun…
Komentar