Gachiakuta EPISODE 12 – Ketika Rudo Menjadi Monster dalam Ceritanya Sendiri

Gachiakuta EPISODE 12 – Ketika Rudo Menjadi Monster dalam Ceritanya Sendiri

NYALANUSANTARA, HIROSHIMA- Titik balik paling mengejutkan Gachiakuta datang belasan menit setelah kartu judul muncul. Awalnya episode ini terasa cukup solid: senjata benang milik Tamsy tampil keren, konflik dengan Amo ditutup dengan kemenangan strategis yang emosional, dan kilas balik sederhana—tentang Delmon bersama istrinya atau refleksi Zanka soal kenangan—dieksekusi efektif tanpa berlebihan. Semua itu membuat saya bertanya-tanya, ke mana cerita akan dibawa. Jawabannya: ke arah yang jauh lebih kelam.

Ketika Rudo melepas topengnya, Semiu menyatakan kegelisahannya—bukan hanya pada kekuatan Rudo, tapi pada kepahitan dan amarah yang membentuk dirinya. Tidak seperti protagonis shonen pada umumnya, Rudo bukan sekadar anak dengan tekad kuat atau dendam sederhana. Ia adalah anak yang sepanjang hidupnya diperlakukan sebagai sampah, dibuang ke dunia pembuangan, tumbuh tanpa pengalaman hidup sehat atau bimbingan yang membentuk karakter. Amarahnya adalah kutukan yang menggerogoti, bukan sekadar bahan bakar untuk jurus heroik.

Maka adegan berikutnya terasa mengguncang: setelah Amo dilucuti dan ditawan, Rudo justru menghajarnya habis-habisan. Dalam sekejap, sang protagonis yang barusan ingin mengakhiri konflik tanpa kekerasan berubah jadi sosok brutal yang menyerang gadis tak berdaya. Adegan ini membalikkan perspektif: Amo yang sebelumnya tampak provokatif berubah menjadi sosok rapuh, sementara Rudo tampil sebagai monster sejati. Keputusan naratif ini berani—bahkan memicu, mengingat banyak anime biasanya hanya bermain di ranah “protagonis edgy” tanpa pernah benar-benar menyeberang garis itu.

Namun, inilah kekuatan Gachiakuta: keberanian menghadapi dampaknya. Enjin menegaskan bahwa tindakan Rudo memang salah besar, tetapi momen itu justru mengungkapkan kesadaran Rudo akan cacat dalam dirinya. Trauma, pelecehan, dan kebencian yang tertanam sejak kecil tidak bisa dihapus begitu saja dengan “kekuatan persahabatan.” Prosesnya panjang, menyakitkan, dan penuh kegagalan. Rudo akan tetap jatuh, tetap menyakiti, tetapi ia juga punya keinginan untuk tumbuh dan menjadi lebih baik—dan cerita ini cukup cerdas untuk mengakuinya.

Episode ini menghadirkan perspektif yang jarang: bagaimana seorang anak yang terluka bisa berubah menjadi ancaman, bahkan bagi orang tak bersalah, sekaligus bagaimana jalan menuju penyembuhan bukanlah kisah ajaib yang instan. Dengan semua kekerasan, kotoran, dan kekumuhan dunianya, Gachiakuta membuktikan dirinya bukan sekadar shonen aksi generik. Untuk pertama kalinya, anime tentang “anak-anak sampah” ini benar-benar terasa penting—dan mengguncang.


Editor: Lulu

Terkait

Komentar

Terkini