Ulasan “Qodrat 2” Yang Jauh Lebih Baik Baik Dari Yang Pertama

Ulasan “Qodrat 2” Yang Jauh Lebih Baik Baik Dari  Yang Pertama

Dari menit pertama, nuansa horor sudah terasa. Acha Septriasa tampil kuat dalam menyampaikan berbagai emosi negatif—rasa takut, duka mendalam, hingga penyesalan mendalam. Momen puncak datang di babak ketiga ketika Azizah melaksanakan salat dua rakaat. Ketegangan spiritual ini disampaikan dengan sangat emosional dan menyentuh.

Bagi penonton non-Muslim, tak perlu khawatir karena setiap ayat yang dilantunkan disertai dengan terjemahan, memungkinkan semua orang memahami konteks adegan, layaknya film horor Barat yang mengutip ayat-ayat dari Mazmur.

Cerita dalam Qodrat 2 tidak hanya menampilkan serangkaian jumpscare. Fokus utama film ini adalah perjalanan spiritual seorang ustaz yang mencoba menata hidup usai kehilangan anak dan menjawab panggilan untuk mengusir setan. Ada pesan tentang cinta, pengampunan, dan kembali ke jalan Tuhan—sebuah tema yang sejalan dengan makna Idulfitri.

Visual film ini pun ditangani dengan cermat. Charles Gozali memperhatikan hingga detail terkecil. Hasilnya, Qodrat 2 melampaui pendahulunya. Vino dan Acha menjadi ujung tombak narasi hingga klimaks yang emosional. Adegan salat yang dibawakan Acha, serta respons emosional dari Vino, benar-benar menjadi sorotan.

Bagi yang belum menonton film pertamanya, tak perlu khawatir. Qodrat 2 menyajikan cuplikan penting dari film sebelumnya di bagian pembuka, sehingga penonton tetap bisa mengikuti cerita dengan baik.


Editor: Lulu

Terkait

Komentar

Terkini