ULASAN ANNE SHIRLEY EPISODE 20

ULASAN ANNE SHIRLEY EPISODE 20

Dua episode terakhir Anne with an E menghadirkan momen yang begitu emosional hingga membuat banyak penonton berlinang air mata. Dua titik berat cerita—kematian Ruby dan lamaran Gilbert—menjadi bagian yang paling menyayat hati, terutama bagi mereka yang sudah mengenal kisah Anne of the Island.

Kesedihan Anne atas kepergian Ruby begitu jelas, tetapi perihal lamaran Gilbert terasa lebih kompleks. Tangisannya bukan semata karena menolak seorang pria yang mencintainya, melainkan karena ia merasa dikhianati sebagai sahabat. Bagi Anne, Gilbert seharusnya memahami bahwa perasaan mereka tidak seimbang dan lebih menghargai persahabatan yang sudah susah payah ia yakinkan sejak awal. Lamaran itu justru dirasa sebagai pengkhianatan, bukan sekadar cinta yang tak berbalas.

Meski Philip menuduh Anne hidup dalam bayangan cinta fiksi, kenyataannya Anne hanya belum siap membuka diri. Ia masih berduka, fokus pada pendidikan, dan tidak berutang jawaban “ya” pada siapa pun. Ia mungkin suatu hari berubah hati, tetapi perasaannya saat ini tetap valid—sesuatu yang sering luput dipahami oleh orang-orang di sekitarnya.

Di tengah semua gejolak itu, muncul sosok Rusty, kucing kurus dengan telinga compang-camping, yang memilih Anne sebagai “manusia”-nya. Rusty menghadirkan sentuhan hangat, sekaligus menjadi simbol kesetiaan dan keberanian dalam menentukan pilihan. Bahkan, cara Rusty mendengus pada Gilbert terasa seperti bentuk solidaritasnya terhadap Anne.

Episode ini juga menyoroti kehadiran Bibi Jimsie dan kucing-kucingnya, yang memberikan nuansa unik sekaligus menghibur. Meski adaptasi cerita bergerak cepat dan tidak semua pilihan narasi terasa mulus, kedalaman emosi yang ditampilkan membuat kekurangan itu dapat dimaklumi.

Dengan empat episode tersisa dan masih banyak bab yang belum disentuh, serial ini tampaknya tetap mampu menyajikan lapisan emosi yang kuat—dan mungkin akan terus membuat penontonnya meneteskan air mata.


Editor: Lulu

Terkait

Komentar

Terkini