Film China “The Botanist” Hadirkan Keindahan Alam dan Kearifan Budaya di JWC 2025
NYALAUSATARA, JAKARTA- Ajang Jakarta World Cinema (JWC) 2025, sebuah perhelatan tahunan untuk merayakan keberagaman sinema dari berbagai penjuru dunia, kembali digelar di CGV Mal Grand Indonesia, Jakarta. Festival film ini berlangsung secara daring (online) maupun luring (offline) dari 4 September hingga 4 Oktober 2025. Salah satu film yang berhasil mencuri perhatian penonton di JWC adalah "The Botanist", film coming-of-age buatan China.
Ditayangkan selama dua hari pada Sabtu (27/9) dan Minggu (28/9), film ini menghadirkan pengalaman sinematik yang tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menyentuh secara emosional. Keistimewaan pemutarannya di JWC semakin terasa dengan hadirnya sang sutradara, Jing Yi, dalam sesi tanya jawab bersama para penonton.
Foto yang diabadikan pada 27 September 2025 ini memperlihatkan backdrop dan sejumlah poster film dalam ajang Jakarta World Cinema (JWC) 2025 di CGV Mal Grand Indonesia, Jakarta. (Xinhua/Poppy Amelia Sevina)
Jing Yi (31), sutradara film muda asal Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut, merupakan lulusan Beijing Film Academy. Sebelum menyelesaikan "The Botanist" sebagai debut film panjangnya, dia pernah menggarap beberapa film pendek yang berhasil menempatkannya sebagai salah satu nama baru yang patut diperhatikan di dunia perfilman Asia. Bahkan saat masih dalam tahap pengembangan, "The Botanist" telah meraih penghargaan New Horse Award di ajang Asian Project Market 2023. Film ini kemudian memulai debutnya secara resmi di ajang Berlin International Film Festival 2025 dan berhasil membawa pulang Crystal Bear untuk kategori Generation Kplus Best Film, sebuah pencapaian gemilang untuk karya debutnya.
Film "The Botanist" membawa penonton ke lanskap alam sebuah lembah terpencil di perbatasan utara Xinjiang, tepatnya di titik temu wilayah China dan Kazakhstan. Film berbahasa Mandarin dan Kazakh ini mengisahkan tentang Arsin, seorang anak laki-laki etnis Kazakh yang tinggal bersama nenek dan kakaknya di komunitas yang terisolasi, nyaris tak tersentuh modernitas. Arsin memiliki minat besar terhadap tanaman dan kehidupan liar yang ada di sekitarnya. Setiap hari, Arsin menghabiskan waktu dengan mengumpulkan sampel tumbuhan, mencatat bentuk dan tekstur daunnya, serta merekatkannya di buku dan membayangkan tiap tanaman sebagai makhluk hidup yang penuh cerita. Dunia botani menjadi pelipur hati sekaligus observatorium kecil bagi Arsin di tengah kesunyian.
Dunia Arsin yang penuh rasa ingin tahu mulai berubah saat dia bertemu Meiyu, seorang gadis etnis Han yang ceria dan penuh semangat dari desa tetangga. Persahabatan ini membangkitkan keajaiban baru dalam hati Arsin, membuka cara pandang baru baginya terhadap lingkungan maupun dirinya sendiri. Kisah ini dibalut dalam nuansa seperti dongeng lama, di mana realitas dan mimpi saling berbaur, menghadirkan suasana magis dan puitis yang jarang ditemukan dalam film coming-of-age.
Editor: Lulu
Terkait
NYALANUSANTARA, Semarang- Harris Sentraland Semarang, hotel bintang-4 yang…
NYALANUSANTARA, Jakarta- Tim Nasional Indonesia harus menelan kekalahan…
Terkini
NYALANUSANTARA, Jakarta- PT Pertamina (Persero) melalui Program Rumah…
NYALANUSANTARA,GANGNAM- Drama terbaru SBS berjudul “Dynamite Kiss” resmi tayang…
NYALANUSANTARA, Jakarta- Gol spektakuler yang dicetak oleh bek…
NYALANUSANTARA, Jakarta- Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan…
NYALANUSANTARA, BUSAN- Drama romantis terbaru “Perfect Crown” siap menghadirkan…
NYALANUSANTARA, MUMBAI- Setelah sukses dengan Chhaava, sutradara Laxman Utekar…
NYALANUSANTARA, Semarang - Memasuki masa libur Natal dan…
NYALANUSANTARA, RAJASHTAN- Industri film India bersiap untuk merayakan kehidupan…
NYALANUSANTARA, Semarang - Dalam rangka memperingati Hari Bakti…
NYALANUSANTARA, SURABAYA- Isma Dian Artika, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi…
NYALANUSANTARA, PASURUAN- Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menegaskan posisinya sebagai…
Komentar