Review The Accountant 2, Christian Wolff Kembali Menakar Keadilan dan Dosa
Dalam dunia perfilman, tidak banyak tokoh utama dengan spektrum autisme yang diposisikan sebagai pahlawan kelam—apalagi seorang akuntan yang juga pembunuh profesional. Namun lewat The Accountant (2016), Christian Wolff berhasil memecahkan stereotip itu dengan dingin dan penuh presisi. Kini di tahun 2025, Ben Affleck kembali mengenakan jas kelam Christian dalam sekuel yang telah lama dinanti: The Accountant 2.
Disutradarai kembali oleh Gavin O’Connor, film ini bukan sekadar kelanjutan cerita, melainkan pendalaman karakter dan penantangan moral. Dari konflik internal hingga konspirasi perdagangan manusia internasional, film ini mengubah Christian dari sekadar mesin hitung berdarah dingin menjadi sosok yang dipaksa bertanya: apakah ia hanya alat, atau sudah menjadi penentu keadilan sendiri?
Kematian yang Mengguncang, Misi yang Mengubah
Film dimulai dengan kematian Raymond King (J.K. Simmons), tokoh yang dulu merekrut Christian sebagai informan rahasia untuk membongkar pencucian uang korporasi. Kematian itu bukan hanya pukulan emosional, tetapi juga sinyal bahwa dunia yang dulu mereka bangun sedang runtuh. Sebuah pesan misterius dari King kepada Marybeth Medina (Cynthia Addai-Robinson), yang kini menjabat posisi tinggi di Departemen Keuangan AS, berbunyi: “Find the accountant.”
Christian yang dulu hidup dalam bayang-bayang dan algoritma, kini kembali diseret masuk ke pusaran baru—kali ini lebih gelap. Ia dan saudaranya, Brax (Jon Bernthal), menyusup ke jaringan perdagangan manusia yang menjual orang seperti komoditas. Di sinilah film mengambil langkah yang berani, membawa kita bukan hanya ke lorong-lorong kejahatan keuangan, tapi ke tempat yang lebih kejam: eksploitasi manusia.
Antara Angka, Luka, dan Darah
Di tangan aktor seberat Ben Affleck dan Jon Bernthal, hubungan dua bersaudara Wolff bukan sekadar chemistry layar—ia terasa seperti luka lama yang terus berdarah. Christian, dengan segala keteraturannya, berlawanan dengan Brax yang impulsif dan meledak-ledak. Namun justru dari ketegangan itulah, film membangun narasi yang kuat tentang keluarga disfungsional yang belajar saling menyelamatkan, bukan saling menjatuhkan.
Editor: Lulu
Terkait
NYALAUSANTARA, SEMARANG- Film horor terbaru dari MD Pictures, "Pabrik…
NYALANUSANTARA, MEDAN- Animasi Indonesia kembali menunjukkan taringnya lewat kehadiran…
FILM animasi terbaru bertema religi, The King of…
Terkini
NYALANUSANTARA, Semarang- Pemerintah Kota Semarang resmi menandatangani Nota…
NYALANUSANTARA, Semarang - Kasus dugaan pengeroyokan yang terjadi…
NYALANUSANTARA, Karanganyar - Bank Jateng mengukuhkan 7 Duta…
NYALANUSANTARA, Semarang - Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang…
NYALANUSANTARA, Semarang – Lapas Kelas I Semarang memberikan…
NYALANUSANTARA, Semarang - Tim Gabungan Satgas Operasi Aman…
NYALANUSANTARA, Semarang - Laga terakhir BRI Liga 1…
NYALANUSANTARA, Semarang - Tim Elang Polrestabes Semarang mengamankan…
NYALANUSANTARA, Semarang - Polrestabes Semarang resmi melepas sembilan…
NYALANUSANTARA, Semarang - Wali Kota Semarang Agustina mengecek…
NYALANUSANTARA, Semarang- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan terus…
Komentar