ULASAN Tak Ingin Usai di Sini, Ketabahan Lelaki yang Merawat Luka dalam Diam

ULASAN Tak Ingin Usai di Sini,  Ketabahan Lelaki yang Merawat Luka dalam Diam

Selama ini laki-laki kerap dilabeli sebagai makhluk rasional dan kuat menghadapi kesedihan. Namun kenyataannya, banyak pria justru memendam luka lebih dalam, merawat duka dalam diam, dan membiarkannya tumbuh menjadi beban yang tak terlihat. Mungkin selama ini anggapan bahwa laki-laki selalu logis dan tahan banting hanyalah mitos belaka.

Film Tak Ingin Usai di Sini, remake dari film Korea More than Blue (2008), mungkin akan dikira sebagai film drama romantis yang ditujukan bagi penonton perempuan. Namun justru sebaliknya, film ini memiliki resonansi kuat dengan emosi laki-laki yang terbiasa menyimpan perasaan dalam senyap, seperti karakter utamanya, Kawidra alias K (Bryan Domani), dan perasaannya kepada Clarissa alias Cream (Vanesha Prescilla).

K dan Cream menjadi sahabat sejak SMA setelah keduanya kehilangan orang tua. Cream adalah kompas bagi K, menjadi penunjuk arah di kala ia tersesat, sementara K adalah jangkar bagi Cream, menjaga agar ia tetap tegar di tengah badai kehidupan.

Bryan dan Vanesha membangun hubungan karakter yang meyakinkan, menghadirkan interaksi manis meski hubungan mereka digambarkan seperti kutub berlawanan—K yang tenang dan tertutup, Cream yang ekspresif dan spontan. Saat K berada di titik terendah, Cream menjadi sumber semangat. Saat Cream meledak dalam emosi, K menjadi penyejuk yang membawanya kembali tenang.

Namun, alur film ini sempat terasa terburu-buru. Perpindahan dari masa kuliah ke dunia kerja berjalan tanpa penjelasan yang cukup. Cream tiba-tiba sudah menjadi penulis lirik di perusahaan rekaman tanpa memperlihatkan proses perjuangannya. Padahal, dengan latar belakang berat yang dimiliki Cream, penonton layak diberi ruang untuk menyaksikan perjalanan emosional yang membentuknya.

Meski telah memasuki dunia kerja, K dan Cream tetap hidup bersama tanpa terlibat hubungan romantis. K menyimpan rahasia: ia mengidap kanker stadium akhir, penyakit turunan dari mendiang ayahnya. Karena cinta yang terlalu besar, K memutuskan untuk mencari pengganti dirinya—seseorang yang pantas dan bisa menjaga Cream ketika ia tiada. Pilihan ini membuatnya menahan rasa sakit hati yang luar biasa, karena menyaksikan perempuan yang dicintainya bersama orang lain adalah luka yang sulit disembuhkan.

Di sinilah film ini menjadi sangat relevan bagi penonton laki-laki. K bukan sosok tangguh tanpa cela, melainkan pria biasa yang memilih diam dan berkorban, meski tahu hatinya akan hancur. Ia adalah cerminan dari banyak laki-laki yang terbiasa mencintai dalam senyap, menyimpan luka, dan menjadikan penderitaan sebagai bentuk kasih yang paling dalam.


Editor: Lulu

Terkait

Komentar

Terkini