Andai Ibu Tidak Menikah Dengan Ayah, Berjalan di Bawah Hujan Tanpa Payung

Andai Ibu Tidak Menikah Dengan Ayah, Berjalan di Bawah Hujan Tanpa Payung

“Tidak semua orang ingin diberi payung. Ada yang senang berjalan di bawah hujan.” Begitu bunyi kalimat puitis dari protagonis film ini, yang konon dimaksudkan merangkum pesan utamanya. Namun, alih-alih menyentuh, kalimat tersebut justru menggelitik rasa janggal, seakan menormalisasi kepasrahan dalam penderitaan. Bahkan, istri saya sempat melontarkan kritik tajam saat makan malam seusai menonton: mengapa tokoh perempuan harus menunggu diberi payung, bukannya membuat payung sendiri?

Pertanyaan itu relevan dengan inti cerita Andai Ibu Tidak Menikah Dengan Ayah, yang menghadirkan Tio (Bucek Depp) sebagai sosok lelaki pemalas dan egois. Sementara Wulan (Sha Ine Febriyanti) dan ketiga putrinya sibuk berjibaku dengan urusan rumah tangga maupun kesulitan hidup, Tio malah bersandar dengan rokok di tangan. Naskah Evelyn Afnilia secara konsisten memancing amarah, memperlihatkan betapa perempuan dipaksa menanggung beban, sedangkan laki-laki dibiarkan bersantai.

Film ini sebetulnya punya relevansi sosial—menggugat budaya patriarki yang mengekang perempuan dan menjadikan pernikahan sebagai solusi semu. Sayangnya, alih-alih memberdayakan, tokoh-tokoh perempuannya digambarkan terlalu pasif. Mereka terus berjalan di bawah hujan, meski sebenarnya mampu membuat payung sendiri.

Padahal, dengan deretan aktris yang kuat—Sha Ine yang tangguh, Eva Celia yang tajam, Amanda Rawles yang penuh api, dan Nayla D. Purnama yang berani—film ini bisa melahirkan sesuatu yang lebih progresif. Sayangnya, ia berhenti pada melodrama klise, tanpa benar-benar memberi ruang bagi inisiatif perempuan untuk meninggalkan keburukan.


Editor: Holy

Terkait

Komentar

Terkini