OJK Jateng Sebut BPR Masih Jadi Pekerjaan Rumah karena NPL di Atas Nasional

OJK Jateng Sebut BPR Masih Jadi Pekerjaan Rumah karena NPL di Atas Nasional

NYALANUSANTARA, Semarang – Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Jawa Tengah atau OJK Jateng menyebut bank perekonomian rakyat atau BPR masih menjadi pekerjaan rumah atau PR. Sebab, di Jateng dan DIY, rasio kredit bermasalah atau NPL masih tinggi.

“BPR memang jadi PR kita bersama. Nilai NPL-nya tinggi. Kita lebih di atas nasional. Nasional itu 12, kita lebih di atas itu,” kata kepala OJK Jateng, Hidayat Prabowo.

Menurut data resmi, NPL BPR secara nasional pada Agustus 2024 mencapai 11,67 persen atau naik signifikan dibanding 10,13 persen pada Agustus 2023.

“Jika trennya terus naik, ini bisa membahayakan stabilitas BPR,” tegasnya.

Dia membeberkan kredit non-lancar (non-performing loan) mencapai tensinan triliunan rupiah, menunjukkan bahwa tidak sedikit debitur gagal bayar. Adapun, Peningkatan NPL BPR disebabkan beberapa faktor di antaranya Banyak debitur di segmen mikro kecil yang belum pulih dari dampak pandemi. Adapula sektor usaha riil yang biasanya jadi basis kredit BPR belum konsisten pulih, sehingga permintaan kredit melemah. Hal ini memperbesar risiko kredit macet.

Untuk perbankan umum nasional, kondisi relatif lebih stabil. Per Maret 2025, rasio NPL gross perbankan umum tercatat sekitar 2,17 – 2,24 persen, jauh di bawah angka BPR. Hal ini menunjukkan bahwa BPR berada di situasi risiko yang berbeda, lebih rentan terhadap guncangan ekonomi dan gagal bayar sehingga memerlukan pengawasan khusus.

Jika NPL BPR terus meningkat tanpa penanganan tepat, terdapat beberapa risiko yakni likuiditas BPR terganggu, membuat bank sulit mencairkan simpanan atau menyalurkan kredit; kepercayaan masyarakat terhadap BPR bisa menurun, mendorong penarikan dana besar-besaran; serta risiko kredit macet bisa meluas ke sektor riil, menghambat pemulihan ekonomi mikro.


Editor: Holy

Komentar

Terkini