REVIEW The Roundup: Aksi Brutal Don Lee yang Menawan Meski Tak Banyak Berubah

REVIEW The Roundup: Aksi Brutal Don Lee yang Menawan Meski Tak Banyak Berubah

Selain perannya yang mengantarkan penghargaan pertama lewat The Neighbor (2012), melejitkan popularitas internasional lewat Train to Busan (2016), serta menjadi pintu masuk ke Hollywood lewat Eternals (2021), film The Outlaws (2017) merupakan bagian krusial dalam karier Don Lee alias Ma Dong-seok. Film itu merupakan kesuksesan terbesarnya sebagai pemeran utama, dengan lebih dari 6,8 juta penonton tercatat di bioskop Korea Selatan.

Lima tahun kemudian, sekuelnya bertajuk The Roundup dirilis dan melampaui pencapaian pendahulunya. Saat tulisan ini dibuat, film tersebut telah disaksikan oleh lebih dari 7 juta orang, menjadikannya film Korea paling laris tahun 2022 dan menempati posisi ke-45 dalam daftar film Korea terlaris sepanjang masa.

Masih disutradarai oleh Kang Yoon-sung—yang juga mengarahkan Casino, proyek televisi yang menandai kembalinya Choi Min-sik ke layar K-drama setelah dua dekade lebih—film ini kini ditulis oleh Kim Min-sung. Meski demikian, The Roundup tetap melanjutkan pola yang dibangun The Outlaws, bahkan beberapa adegannya nyaris terasa seperti pengulangan langsung.

Struktur pembukaannya pun nyaris identik: penonton lebih dahulu diperkenalkan pada sosok antagonis bengis, kali ini Kang Hae-sang (diperankan brilian oleh Son Suk-ku) yang beroperasi di Vietnam. Baru setelah itu muncul sosok Ma Seok-do (Don Lee), si detektif pemilik tinju mematikan, yang bisa merenggut nyawa dalam satu hantaman.

Alur cerita pun tak jauh berbeda: Seok-do terbang ke Vietnam untuk memburu Hae-sang, yang telah menculik dan membunuh sejumlah turis asal Korea Selatan demi uang tebusan. Namun, konflik diperumit oleh kehadiran seorang ayah korban yang ingin membalas dendam secara pribadi. Meskipun melibatkan elemen baru, pola penceritaan tetap terasa familiar.

Dalam segi pendekatan, The Roundup lebih mengandalkan kekuatan fisik ketimbang strategi. Jika dalam The Outlaws sempat ada upaya penyergapan diam-diam, sekuelnya ini justru menampilkan aksi yang lebih frontal—Seok-do langsung mendatangi dan menghajar targetnya tanpa basa-basi.

Meski hal ini sedikit menyayangkan hilangnya elemen ketegangan taktis, sisi positifnya adalah lebih banyak ruang bagi aksi tangan kosong khas Don Lee. Film ini memahami bahwa kekuatan utamanya terletak pada sang aktor utama, dan mengeksploitasi hal itu secara maksimal dan memuaskan. Setiap kali Seok-do melepaskan pukulan, efek suara yang menggelegar membuat suara tembakan terdengar biasa saja.


Editor: Lulu

Terkait

Komentar

Terkini