18 Negara Dipilih Menjadi Anggota ECOSOC PBB Selama Tiga Tahun Mendatang

18 Negara Dipilih Menjadi Anggota ECOSOC PBB Selama Tiga Tahun Mendatang

NYALAUSANTARA, JAKARTA- Delapan belas negara, termasuk China, pada Rabu (4/6) terpilih menjadi anggota Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council/ECOSOC) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), badan koordinasi untuk pekerjaan ekonomi dan sosial dari badan-badan dan dana-dana PBB, untuk masa jabatan tiga tahun.

   Philemon Yang, Presiden Majelis Umum PBB (United Nations General Assembly/UNGA), mengumumkan hasilnya setelah melakukan voting melalui pemungutan suara rahasia di majelis itu.

   Ke-18 negara yang terpilih adalah Burundi, Chad, Mozambik, Sierra Leone dari negara-negara Afrika; China, India, Lebanon, Turkmenistan dari negara-negara Asia-Pasifik; Kroasia, Rusia, Ukraina dari negara-negara Eropa Timur; Ekuador, Peru, Saint Kitts dan Nevis dari Amerika Latin dan Karibia; Australia, Finlandia, Norwegia, Turkiye dari negara-negara Eropa Barat dan lainnya.

   Mereka terpilih untuk masa jabatan tiga tahun yang dimulai pada 1 Januari 2026. 

Rusia gagal mendapatkan dua pertiga mayoritas yang dibutuhkan dalam pemilihan pada putaran pertama voting. Hingga kemudian Rusia menang dalam putaran ketat melawan Belarus.

   Dalam pemilihan sela untuk rotasi dalam kelompok negara Eropa Barat dan negara-negara lain, Jerman terpilih untuk masa jabatan satu tahun yang dimulai pada 1 Januari 2026. Jerman akan menggantikan Liechtenstein. Amerika Serikat (AS) terpilih untuk masa jabatan dua tahun yang dimulai pada 1 Januari 2026, AS akan menggantikan Italia.

   ECOSOC memiliki 54 anggota, yang dipilih setiap tahun oleh UNGA untuk masa jabatan tiga tahun yang tumpang tindih. Kursi di ECOSOC dialokasikan berdasarkan representasi geografis dengan 14 kursi untuk negara-negara Afrika, 11 untuk negara-negara Asia-Pasifik, enam untuk negara-negara Eropa Timur, 10 untuk negara-negara Amerika Latin dan Karibia, dan 13 untuk Eropa Barat dan negara-negara lainnya.


Editor: Lulu
Sumber: Xinhua

Terkait

Komentar

Terkini