ULASAN Dongji Rescue: Epik Kemanusiaan dari Tragedi Lisbon Maru

ULASAN Dongji Rescue: Epik Kemanusiaan dari Tragedi Lisbon Maru

Film epik terbaru karya Guan Hu dan Fei Zhenxiang, berjudul Dongji Rescue, membawa penonton menyelami kisah nyata penyelamatan heroik 384 tawanan perang Inggris oleh para nelayan Pulau Dongji, Tiongkok, setelah tenggelamnya kapal kargo Jepang Lisbon Maru pada tahun 1942. Dengan anggaran produksi mencapai US$80 juta dan format IMAX yang memukau, film ini menghadirkan perpaduan antara drama kemanusiaan yang menyentuh dan spektakel sinematik berskala besar.

Latar Sejarah: Dari Tragedi Menjadi Kisah Kemanusiaan
Pada Oktober 1942, kapal Lisbon Maru yang mengangkut ratusan tawanan Inggris tenggelam setelah diserang kapal selam Amerika Serikat yang tidak mengetahui isi muatannya. Ketika para tawanan berusaha menyelamatkan diri, tentara Jepang menembaki mereka tanpa ampun. Namun, tragedi itu berubah menjadi momen kemanusiaan yang luar biasa ketika nelayan Pulau Dongji berani menembus blokade Jepang demi menolong orang asing yang terombang-ambing di laut.

Film ini menyoroti keberanian dua bersaudara nelayan, Abi (Zhu Yilong) dan Adang (Wu Lei), yang menjadi simbol solidaritas lintas bangsa. Mereka dan warga pulau lainnya mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan para tawanan — sebuah tindakan yang menegaskan bahwa rasa kemanusiaan tak mengenal batas nasional maupun ideologi.

Sinematografi Megah dan Ketegangan Emosional
Secara visual, Dongji Rescue menegaskan kelasnya sebagai salah satu film perang Tiongkok paling ambisius dalam beberapa tahun terakhir. Penggunaan kamera IMAX menghasilkan gambar bawah laut yang begitu hidup, sementara sinematografer Gao Weizhe berhasil menampilkan laut sebagai karakter tersendiri — indah sekaligus mematikan.

Adegan puncak penyelamatan, ketika kapal tenggelam menciptakan pusaran air raksasa, menjadi momen menegangkan yang diperkuat oleh musik garapan Atli Orvarsson dan penyuntingan dinamis oleh Yang Hongyu. Namun, sebagian kritikus menilai fokus berlebihan pada sosok Abi membuat film ini terasa lebih seperti kisah kepahlawanan individu, bukan potret kolektif kemanusiaan yang sebenarnya menjadi inti kisah sejarahnya.

Ketegangan antara Realitas dan Dramatisasi
Layaknya The Eight Hundred, Dongji Rescue juga memadukan patriotisme, anti-imperialisme, dan empati kemanusiaan. Penggambaran penderitaan rakyat Tiongkok di bawah pendudukan Jepang terasa kuat dan emosional. Meski begitu, kebebasan kreatif sutradara dalam mengubah beberapa elemen sejarah demi efek dramatis sempat menuai perdebatan. Beberapa pihak menilai film ini terlalu memoles fakta sejarah dan menambahkan kekerasan berlebihan untuk memperkuat pesan politiknya.

Kesimpulan: Sebuah Kisah tentang Keberanian yang Melampaui Batas
Terlepas dari perdebatan tersebut, Dongji Rescue tetap menjadi drama perang yang memikat dan bermakna, menampilkan visual megah, akting solid dari Zhu Yilong, Wu Lei, dan Ni Ni, serta pesan moral yang kuat tentang keberanian dan empati di tengah kekejaman perang.


Editor: Lulu

Terkait

Komentar

Terkini