REVIEW Pesugihan Sate Gagak”: Horor Komedi Segar yang Menyentuh dan Menggelitik
Pesugihan Sate Gagak hadir membawa angin segar di tengah maraknya film horor lokal yang biasanya menekankan suasana kelam dan teror. Diproduksi oleh Cahaya Pictures dan BASE Entertainment, film ini memadukan unsur mistis dengan komedi yang cerdas, menghasilkan tontonan yang tidak hanya menegangkan, tetapi juga mengocok perut.
Disutradarai oleh Etienne Caesar dan Dono Pradana, film ini mengikuti kisah tiga sahabat—Anto (Ardit Erwandha), Dimas (Yono Bakrie), dan Indra (Benidictus Siregar)—yang hidupnya penuh tekanan. Mulai dari utang, gagal soal percintaan, hingga himpitan ekonomi, semuanya membuat mereka nekat mencoba pesugihan setelah menemukan buku mantra milik kakek Indra. Namun keberuntungan tidak berpihak; alih-alih kaya raya, mereka justru berurusan dengan makhluk gaib yang kecanduan sate gagak buatan mereka. Kekacauan demi kekacauan pun bermunculan, memunculkan humor absurd yang penuh sindiran sosial tentang ambisi dan beban hidup manusia modern.
Chemistry antara Ardit, Yono, dan Beni menjadi salah satu kekuatan terbesar film ini. Karakter mereka tampil alami, penuh improvisasi khas komika, dan berhasil menghadirkan tawa yang tulus. Kehadiran Nunung, Arief Didu, hingga Firza Valaza turut memperkaya dinamika cerita, terutama pada adegan ritual pesugihan yang justru berubah menjadi momen komedi tak terduga.
Meski dibalut komedi horor, film ini mengangkat pesan moral yang menyentuh. Cerita tentang persahabatan, perjuangan hidup, dan pentingnya dukungan keluarga menjadi inti yang memperkuat emosinya. Beni dan Yono bahkan mengaku menemukan bagian dari perjalanan hidup mereka sendiri dalam karakter yang mereka perankan—mulai dari kerasnya merantau di Jakarta hingga jatuh bangunnya karier dari bawah.
Secara teknis, Pesugihan Sate Gagak memanfaatkan latar Jakarta secara efektif, memberikan nuansa yang dekat dengan keseharian penonton. Etienne Caesar dan Dono Pradana berhasil menyeimbangkan elemen horor, drama, dan komedi dengan ritme yang pas, menjadikannya ringan namun tetap bermakna.
Pada akhirnya, Pesugihan Sate Gagak bukan sekadar film lucu berisi lelucon nyeleneh. Ia menawarkan kritik sosial yang relevan, dibalut dalam cerita hangat tentang arti kebersamaan. Tontonan ini membuat penonton tertawa selama menonton, tetapi pulang membawa banyak renungan tentang hidup.
Editor: Lulu
Terkait
NYALANUSANTARA, Surabaya- Belakangan ini, film-film bergenre horor dan…
8 Mei 2025, layar bioskop Indonesia diguncang oleh…
Terkini
NYALANUSANTARA, Surabaya– Gagasan redenominasi atau penyederhanaan nilai mata…
NYALANUSANTARA, Jakarta- Pada Konferensi Internasional Perubahan Iklim Persatuan…
NYALANUSANTARA, Pamekasan- Carlos Parreira, pelatih baru Madura United…
NYALANUSANTARA, Jakarta- Hari Toleransi Internasional yang diperingati setiap…
NYALANUSANTARA, Makassar- PSM Makassar semakin mematangkan persiapan mereka…
NYALANUSANTARA, Solo- Persis Solo, yang saat ini terpuruk…
NYALANUSANTARA, Jakarta- Menjelang periode Natal dan Tahun Baru…
NYALANUSANTARA, Cilacap— Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin…
NYALANUSANTARA, Cilacap– Tak jauh dari reruntuhan tanah longsor…
NYALANUSANTARA, Cilacap— Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi meminta…
NYALANUSANTARA, Cilacap– Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi menginstruksikan…
Komentar