ULASAN Kontinental 25: Radu Jude dan Potret Ironis Tentang Kepedulian yang Setengah Hati
Film Kontinental ‘25 garapan Radu Jude dibuka dengan rutinitas seorang tunawisma: memungut sampah, meminta receh di kafe, lalu menenggak alkohol di sudut kota Cluj. Sekuen sederhana itu dibingkai dengan nuansa neorealisme, mirip karya Rossellini Europe ’51, untuk menekankan dinamika hidup individu di tengah realitas sosial yang keras.
Sosok itu adalah Ion (Gabriel Spahiu), mantan atlet nasional peraih medali yang kini terlunta-lunta di ruang tungku tua. Bangunan itu rencananya akan digusur demi berdirinya hotel mewah bernama Kontinental. Saat Orsolya (Eszter Tompa) datang untuk mengurus penggusuran, ia justru menemukan Ion telah mengakhiri hidupnya. Namun, film segera menggiring pertanyaan: siapa yang sesungguhnya paling malang?
Terjerat rasa bersalah, Orsolya menumpahkan kisah kematian Ion kepada orang-orang terdekatnya—suami, sahabat, ibu, pendeta, hingga mantan murid. Sepanjang 109 menit, Kontinental ‘25 menunjukkan bagaimana curahan hati itu selalu diperlakukan sepele, tanpa simpati yang tulus. Suaminya menertawakan komentar pedas warganet, sementara sang pendeta malah menyajikan ceramah dingin yang membuat agama terasa kejam.
Dengan kamera iPhone yang statis dan candid, Jude membangun atmosfer realisme yang membuat penonton seolah hadir langsung di lokasi. Naskahnya perlahan membuka detail: dari identitas Ion yang ternyata pahlawan olahraga yang diabaikan negara, konflik Rumania-Hungaria, hingga ketidakbecusan aparat. Perlahan film ini berkembang menjadi kritik sosial yang lebih luas, bukan sekadar kisah satu individu.
Establishing shot kota Cluj yang awalnya tampak acak ternyata menyimpan pesan: pembangunan kota terus dikejar, sementara kesenjangan sosial dibiarkan. Ironi semacam ini juga muncul dalam adegan—misalnya, ratapan Orsolya yang pecah dalam tangis justru diiringi gerakan patung animatronik dinosaurus di belakangnya.
Obrolan Orsolya dengan sahabatnya, Dorina (Oana Mardare), juga kaya sindiran. Dorina mengajak peduli pada penderitaan warga Roma, tapi di saat sama mengeluhkan bau tunawisma di dekat rumahnya. Orsolya pun bercerita rutin menyalurkan donasi, meski tindakannya terhadap Ion terbatas pada menunda penggusuran. Pertanyaan pun muncul: jika benar peduli, mengapa ia tak berusaha lebih jauh? Mengapa tetap bertahan di profesi yang justru melukai nuraninya?
Pada akhirnya, Kontinental ‘25 memaparkan wajah kepedulian yang kerap bersifat performatif—sekadar tampilan moral di ruang publik. Lewat realisme tajam dan ironi getir, Radu Jude mengingatkan bahwa empati sejati lebih dari sekadar narasi yang diulang-ulang.
Editor: Lulu
Terkait
Tidak ada hal yang benar-benar memalukan dalam Selepas…
Meskipun didukung oleh naskah yang kuat dan jajaran…
Terkini
NYALANUSANTARA, Jakarta- PT Pertamina (Persero) melalui Program Rumah…
NYALANUSANTARA,GANGNAM- Drama terbaru SBS berjudul “Dynamite Kiss” resmi tayang…
NYALANUSANTARA, Jakarta- Gol spektakuler yang dicetak oleh bek…
NYALANUSANTARA, Jakarta- Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan…
NYALANUSANTARA, BUSAN- Drama romantis terbaru “Perfect Crown” siap menghadirkan…
NYALANUSANTARA, MUMBAI- Setelah sukses dengan Chhaava, sutradara Laxman Utekar…
NYALANUSANTARA, Semarang - Memasuki masa libur Natal dan…
NYALANUSANTARA, RAJASHTAN- Industri film India bersiap untuk merayakan kehidupan…
NYALANUSANTARA, Semarang - Dalam rangka memperingati Hari Bakti…
NYALANUSANTARA, SURABAYA- Isma Dian Artika, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi…
NYALANUSANTARA, PASURUAN- Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menegaskan posisinya sebagai…
Komentar