ULASAN It Was Just An Accident: Luka, Dendam, dan Keberanian di Balik Rezim

ULASAN It Was Just An Accident: Luka, Dendam, dan Keberanian di Balik Rezim

Film terbaru Jafar Panahi, It Was Just An Accident, menjadi salah satu karya paling berani dan menggugah tahun ini. Dengan latar represi politik Iran, Panahi menuturkan kisah sederhana yang berubah menjadi refleksi mendalam tentang dendam, moralitas, dan kemanusiaan.

Suatu malam di jalan pedesaan Iran, Ebrahim Azizi menabrak seekor anjing hingga mati. Namun kecelakaan itu justru membuka jalan menuju tragedi dan penebusan. Ia bertemu Vahid (Vahid Mobasseri), mantan tahanan politik yang yakin bahwa Ebrahim adalah penyiksanya di masa lalu. Ketegangan pun memuncak saat dendam bertemu keraguan — dan batas antara kebenaran serta ilusi mulai kabur.

Panahi, yang kembali berkarya tanpa izin pemerintah, mengeksekusi film ini dengan kejujuran sinematik khasnya: kamera statis, pencahayaan alami, dan dialog sunyi yang sarat makna. Setiap bunyi — terutama decit kaki palsu Ebrahim — menjadi metafora bagi rasa bersalah yang menghantui.

Melalui tokoh-tokoh seperti Shiva, Goli, dan Hamid, Panahi memperluas ruang diskusi tentang keadilan dan luka batin kolektif masyarakat Iran. Tak ada jawaban yang benar-benar pasti, hanya manusia-manusia yang berjuang memahami arti keadilan di tengah represi.

“Itu bukan film tentang balas dendam,” ujar Panahi di Toronto International Film Festival 2025. “Ini film tentang keberanian untuk mengingat.”

Sebagai pemenang Palme d’Or Cannes 2025, It Was Just An Accident bukan sekadar film — ia adalah tindakan perlawanan artistik, pengingat bahwa bahkan di bawah sensor dan ketakutan, sinema tetap bisa menjadi suara bagi mereka yang dibungkam.


Editor: Lulu

Terkait

Komentar

Terkini