Kisah Kebangkitan Ponsel China, Dibangun dari Nol Hingga Akhirnya Merajai di Dunia
NYALANUSANTARA, Jakarta-- Ponsel China mengalami evolusi luar biasa, dari awalnya dipandang sebelah mata hingga kini merambah seluruh penjuru dunia dan mendominasi pangsa pasar smartphone global. Perkembangan ini tidak terjadi begitu saja; di baliknya terdapat kisah tentang perlawanan, strategi, dan inovasi yang membawa ponsel China meraih "singgasananya" saat ini.
Menurut Dicky Yuniarto (51), pemimpin redaksi media teknologi gadget yang berbasis di Jakarta, pada awal kemunculannya di Indonesia, ponsel-ponsel China sangat berbeda dari yang terlihat sekarang. "Sejak tahun 2000-an, saya sudah mengenal ponsel China yang saat itu mulai masuk ke Indonesia," ujar Dicky belum lama ini seperti dikutip dari laman Xinhua.
"Dari sisi desain, dulu ponsel China masih kalah dari produsen ponsel asal Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang saat itu menguasai pasar, seperti Nokia, Siemens, dan Motorola," imbuhnya.
Menurut dia, ponsel China ketika itu lebih mengedepankan fungsi dan menghadirkan fitur yang tidak dimiliki ponsel buatan negara lain, seperti fitur televisi, yang ternyata banyak disukai pengguna Indonesia, terutama dari kalangan menengah ke bawah.
Menurut data dari firma riset pasar global IDC, sebelum 2010 pasar ponsel global didominasi oleh vendor non-China yang menguasai teknologi proprietary. Data IDC pada kuartal keempat (Q4) 2010 menunjukkan Nokia memimpin pasar dengan pangsa 28 persen, diikuti Apple dengan 16 persen dan RIM (BlackBerry) 14 persen, sementara Samsung meraih 11 persen.
Dekolonisasi Teknologi
Merek-merek papan atas saat itu fokus mengembangkan perangkat high-end dengan biaya besar dan waktu pemasaran panjang. Kondisi tersebut membuka celah pasar besar, terutama pada segmen low-end di negara berkembang yang membutuhkan perangkat multifungsi dengan harga terjangkau.
Sekitar 2008-2010, istilah shanzhai marak digunakan untuk menggambarkan produk imitasi atau tiruan. Produk shanzhai sering melanggar merek dagang, tetapi kerap pula menambahkan fitur yang tidak ditemukan pada produk asli.
"Pada awalnya, ponsel-ponsel China cenderung meniru desain dan teknologi, tetapi apa yang mereka tiru kemudian dikembangkan lagi hingga menghasilkan inovasi yang baik," kata Dicky.
Meski citranya kontroversial, shanzhai berevolusi menjadi simbol inovasi akar rumput dan kreativitas, serta bentuk perlawanan terhadap sistem paten Barat yang mahal dan kompleks, yang sejak lama membatasi inovasi bagi kalangan berkemampuan besar.
Para pengamat melihat shanzhai sebagai kekuatan untuk "mendekolonisasi teknologi", memungkinkan negara-negara Global South mengakses teknologi tanpa bergantung pada program transfer teknologi yang mahal dan sering gagal.
Kebangkitan China tidak terlepas dari inovasi struktural dalam rantai pasokan. Salah satu kontributor penting adalah MediaTek, perusahaan semikonduktor yang berbasis di Taiwan, China. MediaTek meluncurkan solusi turnkey yang mencakup chipset, software, dan desain referensi siap pakai.
Solusi ini secara signifikan mengurangi kesulitan manufaktur ponsel. Solusi turnkey dari MediaTek memungkinkan vendor skala menengah-kecil memproduksi ponsel berkualitas tinggi dengan modal jauh lebih rendah dan waktu pengembangan sangat cepat dibanding metode tradisional.
Model bisnis modular tersebut memicu ledakan produk dan memberikan pukulan berat bagi para raksasa teknologi.
"Menurut saya, ponsel China berkembang pesat karena industrinya memiliki rantai pasokan ekstensif dan infrastruktur industri solid, bahkan sejak awal 2000-an ketika mulai masuk ke Indonesia," ujar Dicky di kediamannya di Cawang, Jakarta Timur.
Ekosistem yang didukung MediaTek memungkinkan ribuan produsen kecil melakukan uji pasar untuk fitur baru seperti multi-SIM dan baterai berkapasitas besar dengan risiko minimal. Uji pasar ini membentuk rantai pasokan cepat dan efisien di Shenzhen, pusat teknologi China, di mana iterasi produk terjadi dalam hitungan hari.
Pembangunan Merek
Ponsel China dahulu sering mendapat stigma negatif terkait kualitas, yang berdampak pada penjualan rendah. Untuk menghapus stigma ini, para pabrikan mulai membangun merek guna mendapatkan kepercayaan konsumen dan membuktikan kualitas produk.
Salah satu langkah penting adalah disrupsi harga. Xiaomi menjadi pelopor dengan memperkenalkan model flash sale online untuk memangkas biaya distribusi dan pemasaran, menawarkan spesifikasi kelas atas dengan harga kelas menengah.
"Saya kira keunggulan ponsel China adalah value for money yang tinggi. Teknologi yang mereka berikan sesuai dengan harga. Bahkan kadang lebih murah dibanding fitur yang ditawarkan," kata Dicky.
Dia menambahkan bahwa hal ini membuat konsumen sadar bahwa mereka tidak perlu membayar mahal untuk prosesor cepat atau layar tajam. Selain menghapus stigma, strategi ini membangun dasar kepercayaan konsumen terhadap merek China.
Strategi lain dalam pembangunan merek adalah kolaborasi dengan merek teknologi Eropa. Salah satu contohnya adalah kolaborasi Xiaomi dengan Leica untuk menghadirkan fitur kamera berkualitas tinggi.
Menurut Dicky, kolaborasi ini bukan sekadar mendompleng nama, melainkan melibatkan transfer teknologi kamera, seperti optik dan algoritma warna, sehingga pada akhirnya pabrikan China mampu mandiri dalam inovasi kamera.
Penguatan Investasi Litbang dan Paten
Evolusi ponsel China juga ditandai transformasi dari manufaktur murni menuju inovasi berbasis litbang. Demi menguasai teknologi inti, pabrikan China memperkuat investasi litbang dan paten.
Dicky menjelaskan bagaimana Huawei pada 2022 menginvestasikan sekitar 161,5 miliar yuan (1 yuan = Rp2.351) untuk litbang. Ini menempatkan Huawei setara dengan raksasa teknologi AS seperti Alphabet dan Meta dalam persentase investasi litbang.
Sementara itu menurut WIPO (World Intellectual Property Organization), perusahaan China seperti Huawei, BOE Technology, dan Oppo selama lima tahun terakhir konsisten memuncaki pengajuan paten internasional PCT (Patent Cooperation Treaty).
Dicky menilai peningkatan investasi ini membuahkan kemandirian teknologi, salah satunya pada semikonduktor. Ketika AS membatasi penjualan chipset buatan perusahaan mereka ke China, pabrikan seperti MediaTek dan Huawei mengatasinya dengan memproduksi chipset andal secara mandiri.
Chipset Helio buatan MediaTek dan Kirin dari Huawei kini digunakan luas dan menjadi pesaing kuat Qualcomm serta Intel.
Segmentasi Pasar yang Presisi
Ekspansi ponsel China dilakukan melalui segmentasi pasar yang presisi berdasarkan demografi wilayah. Contohnya adalah Transsion Holdings, perusahaan yang menaungi TECNO, itel, dan Infinix.
Alih-alih bersaing langsung dengan Apple dan Samsung di Barat, perusahaan yang berdiri pada 2006 itu fokus pada pasar emerging, terutama Afrika, wilayah yang lama diabaikan vendor besar.
Dengan strategi tersebut, Transsion mendominasi pasar Afrika dan menjadi produsen smartphone terbesar pada 2017 melalui adaptasi produk mendalam yang sesuai kebutuhan lokal.
"Kemampuan mengadopsi tren menjadi salah satu keunggulan industri ponsel China karena mereka dapat terus memenuhi selera masing-masing pasar," jelas Dicky.
Pria yang beberapa kali mengunjungi China tersebut menambahkan bahwa keberhasilan Transsion bukan semata harga murah, melainkan karena kemampuan memahami kebutuhan konsumen yang tidak dipenuhi vendor global.
"Dengan kemajuan teknologi industri ponsel China dan kemampuan mereka mengadopsi teknologi baru dengan cepat, mereka dapat membuat ponsel yang harganya sesuai teknologinya. Itu sebabnya, menurut saya, ponsel China masih akan terus menguasai pasar dunia, terutama di negara-negara berkembang," pungkasnya.
Editor: Redaksi
Sumber: Xinhua
Terkait
NYALANUSANTARA, Jakarta- Siapa disini yang sering banget ngerasa…
Akademisi UMJ Ini Sebut Indonesia dan China Berbagi Komitmen dalam Penguatan Multilateralisme Global
NYALANUSANTARA, Jakarta- Pengamat hubungan internasional menilai bahwa Indonesia…
Terkini
NYALANUSANTARA, Ungaran - Berniat memanen jengkol di kebun…
NYALANUSANTARA, Ungaran - Tidak terima anak perempuannya dicabuli,…
NYALANUSANTARA, Cilacap – Bank Jateng menunjukkan komitmennya dalam…
NYALANUSANTARA, KENDAL- Poco C85 telah lebih dulu meluncur di…
NYALANUSANTARA, JEPARA- Poco akhirnya merilis seri Poco F8 di…
Setelah hampir sembilan tahun sejak film pertamanya dirilis,…
NYALANUSANTARA, BOGOR- Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyatakan dukungannya…
NYALANUSANTARA, Banjarnegara — Di antara tenda-tenda pengungsian di…
NYALANUSANTARA, JAKARTA- Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengimbau seluruh…
NYALANUSANTARA, Karanganyar – Kanwil Kemenkum Jateng berpartisipasi dalam…
NYALANUSANTARA, Semarang — Menanggapi wacana penerapan kembali enam…
Komentar