Peluncuran Buku Edisi Bahasa Indonesia"The End of Poverty" di Jakarta

Peluncuran Buku Edisi Bahasa Indonesia"The End of Poverty" di Jakarta

NYALANUSANTARA, Jakarta- Edisi bahasa Indonesia dari buku bertajuk "The End of Poverty" secara resmi dirilis pada Senin, 15 Desember 2025, di Jakarta. Buku itu mengangkat praktik pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan China. Peluncurannya memberikan kontribusi baru bagi pertukaran akademik antara China dan Indonesia dalam bidang pengurangan kemiskinan dan pembangunan, sekaligus membuka platform baru guna memperdalam kerja sama bilateral.

Buku "The End of Poverty" ditulis oleh Li Xiaoyun, Li Xiaoyun, profesor senior bidang humaniora sekaligus dekan kehormatan Sekolah Pengembangan Internasional dan Pertanian Global, Universitas Pertanian China (China Agricultural University), buku tersebut didasarkan pada riset dan eksperimen pengentasan kemiskinan selama satu dasawarsa di Desa Hebian di Prefektur Otonom Etnis Dai Xishuangbanna, Provinsi Yunnan, China barat daya. Buku ini secara sistematis merangkum logika praktis dan pengalaman tata kelola China dalam pemberantasan kemiskinan. 

Selain edisi bahasa Inggris dan Indonesia, buku itu juga telah diterbitkan dalam bahasa Korea, Kazakh, dan Portugis. Edisi-edisi tersebut memperoleh persetujuan dari sejumlah proyek penerjemahan nasional, termasuk Program Penerjemahan Akademik Bahasa Mandarin Dana Ilmu Sosial Nasional dan Proyek Buku Jalur Sutra, sehingga memberikan pengaruh yang luas di berbagai belahan dunia.

Pan Yue, penerjemah edisi bahasa Indonesia sekaligus peneliti asosiasi di Sekolah Hubungan Internasional, Universitas Ji'nan serta wakil direktur Pusat Penelitian Indonesia, menyampaikan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang terbesar di Asia Tenggara memiliki banyak kesamaan dengan China dari sisi tahap pembangunan, jumlah penduduk, kondisi geografis, dan budaya. Indonesia menghadapi tantangan seperti ketidakseimbangan pembangunan wilayah, kemiskinan di pedesaan, serta marginalisasi kelompok etnis minoritas. 

"Pengalaman China dalam pengentasan kemiskinan skala besar melalui identifikasi tepat sasaran, kebijakan terarah, serta mobilisasi seluruh kekuatan sosial memiliki nilai rujukan penting bagi Indonesia. Terutama, model pembangunan partisipatif masyarakat, integrasi pemberantasan kemiskinan berbasis industri dengan pelestarian warisan budaya, serta mekanisme kolaborasi antara pemerintah dan organisasi sosial yang dipaparkan dalam buku ini dapat menjadi inspirasi berharga bagi upaya pengentasan kemiskinan Indonesia," ungkapnya.

Data menunjukkan bahwa meskipun tingkat kemiskinan Indonesia menurun dari 13,33 persen pada 2010 menjadi 9,36 persen pada 2023, sekitar 26 juta jiwa masih hidup di bawah garis kemiskinan. Tingkat kemiskinan pedesaan jauh lebih tinggi dibanding perkotaan, dengan daerah-daerah terpencil, seperti Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Maluku, menghadapi permasalahan berat. Wilayah ini memiliki kesamaan tinggi dengan daerah etnis minoritas perbatasan di China barat daya dalam aspek infrastruktur, kondisi pendidikan, dan pengembangan industri. Oleh karena itu, pengalaman China sangat relevan dan layak didiskusikan dalam konteks Indonesia.

Pan Yue menegaskan bahwa penerjemahan dan pengenalan buku ini ke Indonesia tidak hanya mempermudah pertukaran pengalaman pembangunan dan pembelajaran timbal balik antara China dan Indonesia, tetapi juga menjadi referensi penting dalam memperkaya teori dan praktik pengentasan kemiskinan di negara-negara Global South. "Selama ini, teori pengentasan kemiskinan internasional didominasi oleh perspektif Barat. Buku ini secara sistematis menguraikan praktik pemberantasan kemiskinan China dari sudut pandang sosiologi sosial dan politik, menghadirkan suara Global South untuk membangun sistem pengetahuan internasional yang lebih beragam dan inklusif mengenai pengentasan kemiskinan," ungkapnya.


Editor: Redaksi
Sumber: Xinhua

Terkait

Komentar

Terkini