REVIEW Bring Her Back: Duka, Pengorbanan, dan Horor yang Menyayat

Dalam Bring Her Back, sutradara Philippou bersaudara menyuguhkan horor emosional dengan kedalaman psikologis yang kuat. Film ini mengikuti Laura (Sally Hawkins), seorang ibu asuh yang dengan penuh kasih menerima dua saudara yatim piatu—Andy (Billy Barratt) dan Piper (Sora Wong)—ke dalam rumahnya setelah kematian ayah mereka. Namun, di balik kebaikannya, Laura menyimpan obsesi kelam: membangkitkan kembali putrinya yang tenggelam melalui ritual misterius.
Kisah ritual ini disajikan secara perlahan dan penuh teka-teki. Petunjuk-petunjuk kecil disebar dalam bentuk rekaman VHS dan detail tersembunyi, mengajak penonton untuk secara aktif menyusun sendiri alur kejatuhan moral Laura.
Penampilan Sally Hawkins menjadi inti dari film ini. Ia membawa karakter Laura menjadi sosok tragis—penuh luka, kehilangan, dan dorongan yang melampaui batas kemanusiaan. Ia menampilkan duka bukan sebagai histeria, tetapi sebagai kehancuran perlahan yang menyusup ke dalam setiap keputusan gila yang diambilnya.
Billy Barratt juga memukau lewat peran Andy, remaja dengan trauma mendalam yang terus menghantuinya. Sementara Sora Wong memberikan kedalaman pada karakter Piper—seorang gadis buta yang tidak sekadar menjadi korban, tetapi juga membawa empati dan kekuatan batin dalam menghadapi kengerian yang melingkupinya.
Dari segi visual, Bring Her Back tidak segan menampilkan horor fisik yang eksplisit. Efek praktikal yang digunakan, termasuk adegan mutilasi diri yang mengerikan, menambah atmosfer ngeri yang mencengkeram. Karakter Oliver (Jonah Wren Phillips) menjadi medium yang efektif untuk menggambarkan sisi gelap dan brutal dari film ini.
Berbeda dengan Talk to Me, film ini mengusung narasi yang lebih lambat dan bertema berat. Fokus utamanya bukan pada kejutan semata, melainkan pada rasa kehilangan dan bagaimana manusia bisa terjerumus dalam keputusasaan yang menyesatkan.
Bring Her Back bukan horor untuk penonton yang mencari hiburan ringan. Ini adalah film yang memadukan rasa duka dengan teror, menjadikannya pengalaman yang menyakitkan sekaligus mengharukan. Philippou bersaudara berhasil menunjukkan bahwa horor bisa menjadi medium yang ampuh untuk mengeksplorasi sisi tergelap dari rasa cinta dan kehilangan.
Editor: Lulu
Terkait
NYALANUSANTARA, SEMARANG- Drama aksi Sikandar yang dibintangi Salman Khan…
NYALANUSATARA, JAKARTA- Ingin menyaksikan film horor-religi yang menawarkan pengalaman…
Terkini
NYALANUSATARA, BANJARMASIN- Oppo resmi meluncurkan dua ponsel terbaru di…
NYALANUSANTARA, KOBE- Penasaran dengan tanggal dan waktu rilis bab…
NYALANUSANTARA, SEMARANG- Kecelakaan lalu lintas maut terjadi di Jalan…
NYALAUSANTARA, JAKARTA- Sebuah acara dialog pelestarian warisan budaya China-ASEAN,…
NYALANUSANTARA, BEIJING- Jalur Kereta China-Laos melambangkan cita-cita Laos untuk…
NYALANUSANTARA, JAKARTA- Samsung Galaxy S24 FE 5G diluncurkan di…
NYALANUSANTARA, DEPOK- Honda, produsen mobil asal Jepang, merilis varian…
Gulshan Arora, diperankan dengan intensitas yang tenang oleh…
Indonesia kembali menghadirkan karya sinematik menarik lewat film…
Tahun ini, saya menemukan film yang paling membekas…
NYALANUSANTARA, NGAWI- Kecelakaan tragis terjadi di Jalan Raya Ring…
Komentar