Antropolog UNAIR Ungkap Sejarah dan Nilai Tradisi Patrol Sahur saat Ramadan

Antropolog UNAIR Ungkap Sejarah dan Nilai Tradisi Patrol Sahur saat Ramadan

Djoko Adi Prasetyo Drs MSi, Antropolog dan dosen kebudayaan Islam dan klasik Indonesia dari Universitas Airlangga

NYALANUSANTARA, Surabaya - Salah satu tradisi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari bulan Ramadan di Indonesia adalah patrol sahur. 

Mengenai hal ini, Djoko Adi Prasetyo Drs MSi, seorang Antropolog dan dosen kebudayaan Islam dan klasik Indonesia dari Universitas Airlangga (UNAIR), mengungkapkan bahwa patrol sahur bukan hanya sekadar bangun tidur untuk sahur, melainkan juga sebuah warisan budaya yang memiliki akar sejarah yang kaya.

Dalam sebuah diskusi pada Kamis (14/3/2024), Djoko menyampaikan bahwa patrol sahur adalah sebuah inovasi budaya yang diadopsi dari tradisi bangsa Arab. 

Dia menjelaskan bahwa penduduk di sekitar Mekkah pada zaman dahulu memiliki kelompok-kelompok yang bertugas untuk membangunkan orang untuk makan sahur. Mereka membawa lentera dan gendang, berkeliling ke seluruh kota sambil mengumumkan bahwa waktu sahur telah tiba.

“Penduduk di sekitar Mekkah memiliki kelompok-kelompok yang bertugas untuk membangunkan orang makan sahur. Bersenjata lentera dan gendang, mereka berkeliling ke sudut kota sambil meneriakkan bahwa waktu sahur telah tiba,” ungkapnya.

Sejarah patrol sahur ini, lanjut Djoko, telah ada sejak zaman Rasulullah. Pada masa itu, masyarakat menggunakan adzan sebagai pengingat waktu sahur, karena belum ada alat dan teknologi yang memadai.

Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tradisi ini mulai menggunakan alat-alat seperti gendang untuk membangunkan orang sahur.


Editor: Admin

Terkait

Komentar

Terkini